Oleh Irsyad Syafar
Ketua DSW PKS Sumbar 2005-2013
Walau sebulan sudah mereka berkumpul dan berdemonstrasi di medan-medan
utama mesir: Rab’ah Adawiyah, An Nahdhah, Al Ittihadiyah, Alexandria,
manshourah, sinai dan lain sebagainya. Walau ratusan sudah nyawa yang
melayang saat shalat shubuh, shalat qiyam, menjelang sahur dan
waktu-waktu lainnya. Dan ribuan lain yang terluka oleh peluru para
tentara preman-preman bersenjata.
Walaupun sampai hari ini Mursi belum juga kembali menempati jabatan dan
amanah rakyatnya sebagai presiden, bahkan tidak tahu dimana posisinya
beserta istri dan anak-anaknya, malah diperpanjang penjaranya 15 hari
lagi oleh pengadilan mesir dengan tuduhan menjalin komunikasi dengan
Hamas di Palestina. Walaupun itu semua, tapi para pejuang kebenaran,
demonstran pro Mursi telah meraih banyak sekali kemenangan pada
ramadhan ini.
Kemenangan pertama adalah, mereka telah berhasil membuat
bersatunya mayoritas berbagai kekuatan Islam di mesir, mengusung
kepentingan bersama yang lebih besar. Mereka menjadi punya lahan latihan
yang riil untuk bekerjasama dan saling menguatkan serta saling
membantu.
Mereka secara bergantian tampil di panggung-panggung utama,
berkolaborasi secara apik dan saling mendekatkan, menyeragamkan,
menguatkan ide, gagasan, pemahaman bahkan langkah perjuangan. Dan ini
merupakan kemenangan besar. Bahkan, mengatur para demonstran yang jutaan
jumlahnya, mengamankan mereka dari para penyusup, mensuplai makanan
untuk sahur dan berbuka, mengatur relawan dan para dokter untuk
menghadapi korban tembakan, mempertahankan ruh jihad dan semangat untuk
tetap tsabat di lokasi acara utk waktu yang lama dengan fasilitas sangat
terbatas, memenuhi kebutuhan MCK dan lain sebagainya, itu semua adalah
pekerjaan besar sekaligus berat yang telah dilaksanakan dengan baik oleh
pemuda-pemuda dari berbagai gerakan, jamaah, unsur dan organisasi.
Kemenangan kedua, berhasilnya mereka membuka mata, wawasan, serta
cara pandang banyak ulama, baik di dalam mesir ataupun di luar mesir,
yang selama ini mungkin cendrung menutup diri, menjauh dari medan
politik, relatif dianggap parsial, atau terkesan ta’ashshub golongan,
dan lebih mengutamakan pengajian di masjid saja, berubah drastis menjadi
ulama yang proaktif, peduli, mau bekerja sama dan bahkan mengorbankan
darah dan nyawa demi eksistensi Islam di dalam kekuasaan dan
pemerintahan.
Ulama-ulama senior dari kalangan salafi dan Jamaah Islamiyah yang
dulunya menghindarkan diri dari panggung politik dan demokrasi, mereka
hadir di tengah para demonstran memberikan suntikan semangat kepada para
pemuda. Seperti: Syekh Muhammad Abdul Maqshud, Syekh Muhammad Yusri,
Syekh Umar Abdul Aziz Quraisyi dan sekjen Partai Bina dan Tanmiah sayap
politiknya JI serta ulama-ulama lainnya. Bahkan sebagian mereka hadir
dengan istri dan anak-anak mereka.
Kemenangan ketiga adalah kemenangan dalam fiqh dakwah. Mereka
mengajarkan kepada seluruh umat Islam bahwa perjuangan di negeri
mayoritas muslim hanya dilakukan secara damai. Walaupun sudah ratusan
nyawa melayang, mereka takkan melakukan perlawanan. Tidak akan
mengangkat senjata melawan kediktatoran.
Dari panggung utama Rab’ah adawiyah mereka teriakkan dengan lantang:
“Walau sampai sejuta orang yang syahid, kami tetap akan bertahan di sini
sampai pemilik kebenaran dan legitimasi memperoleh haknya. Kami akan
teruskan perlawanan damai”.
Ketika ada kekuatan islam di luar yang memancing mereka untuk melakukan
perlawanan bersenjata karena mereka telah betul-betul terzhalimi, mereka
menolaknya dengan baik. Mereka mengatakan bahwa mengangkat senjata
hanya untuk orang kafir harbi, seperti di palestina, bosnia, cehnya,
Afghanistan dan sejenisnya. Adapun kepada sesama muslim tak akan
mengangkat senjata.
Kemenangan keempat adalah terbongkarnya kedok para pemimpin
sebagian Negara arab. Ternyata mereka telah bekerjasama dengan militer
untuk melakukan kudeta ini, dan berkolaborasi dengan amerika dan Israel
untuk suksesnya agenda ini. Mereka kucurkan dana besar untuk membiayai
kudeta ini, membayar para preman serta media.
Salah seorang raja arab adalah orang pertama yang mengucapkan selamat
atas berhasilnya kudeta ini, kurang dari 24 jam setelah kudeta. Disusul
oleh raja arab lainnya yang langsung mengharapkan kerjasama yang baik
dengan penguasa kudeta yang baru. Bahkan menlu negara arab ini aktif di
amerika mengkampanyekan dukungan dana dan sikap untuk penguasa militer
di mesir. Ini memberikan pelajaran berharga bagi umat Islam dalam
bersikap dan memberikan loyalitas.
Kemenangan kelima adalah lahirnya generasi baru di Mesir. Setelah
penembakan-penembakan yang dilakukan militer terhadap demonstran damai,
muncullah generasi baru dari para pemuda yang tidak takut mati dan
tidak takut ancaman. Malah mereka dengan lantang mengharapkan mati
syahid, menuliskan surat wasiat untuk keluarganya, dan berdiri dengan
berani sambil memegang mushaf menghadapi tentara dan preman yang
memegang senjata api dan menembaknya. Kematian tidak lagi menjadi suatu
yang menakutkan dan mengerikan bagi mereka bila untuk menegakkan
kebenaran.
Diluar kemenangan besar di atas, sebenarnya ditembak ketika shalat
shubuh, saat qiyam ramadhan, menjelang waktu sahur dipertiga malam
terakhir, shalat qiyam ramadhan setiap malam dengan jutaan jamaah
diiringi dengan qunut-qunut yang khusyuk, ceramah-ceramah keislaman dari
para ulama, diskusi-diskusi ilmiah dan kenegaraan yang digelar
dipanggung-panggung utama mereka selama ramadhan ini, merupakan
kemenangan-kemengan lain yang tidak ternilai harganya.
Dalam suasana penuh tekanan ini mereka menjadi semakin dekat dengan
Allah, semakin utuh tawakkal kepadaNya. Semoga kemenangan demi
kemenangan akan terus hadir menghampiri mereka… dan kita umat Islam. []