BALIKPAPAN - Presiden Partai Keadilan Sejahtera, M Anis Matta mengaku
siap bertarung menjadi Calon Presiden RI (capres) dalam Pemilihan
Presiden (Pilpres) 2014 mendatang, jika PKS masuk dalam tiga besar.
Kesiapan itu Anis sampaikan setelah diskusi bersama Pemimpin Redaksi
Tribun Kaltim Achmad Subechi dan awak redaksi Tribun Kaltim di
Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (12/4/2013).
Anis Matta masih ragu-ragu untuk tampil sebagai Capres pada Pilpres 2014.
"Seperti saya katakan lima tahun lalu ketika kita ketemu di tepi Teluk
Balikpapan, siapkan diri anda menjadi presiden. Sekarang bola sudah ada
di tangan... Ini momentum. Kalah menang dicoba dan tidak ada ruginya.
Ini eranya anak muda. Apakah anda siap maju menjadi presiden?" tanya
Achmad Subechi kepada Anis.
Mendapat pertanyaan itu sontak ruangan rapat Tribun Kaltim yang dipenuhi
kader PKS, menjadi riuh rendah. Tepuk tangan membahana di seantero
ruangan.
Anis Matta terlihat menghelai nafas.
"Kita dapat provokasi yang luar biasa. Kemarin pertanyaan ini sudah kita
tanyakan ke Pak Habibie. Kata Pak Habibie presiden mendatang itu
usianya 40-60 tahun. Tapi kalau anda tanya secara pribadi, di kepala
saya sekarang ini bagaimana membawa PKS masuk dalam tiga besar. Setelah
itu baru saya mikirin langkah kedua," katanya.
"Setelah masuk tiga besar, anda akan siap?" kejar Achmad Subechi. "Kalau
anda tanya apakah saya siap? Saya siap....! Di PKS tidak ada yang tidak
siap. Sekarang saya bekerja secara bertahap dan saya terbiasa bekerja
dengan tahapan-tahapan yang terukur. Saya benar-benar fokus agar PKS
masuk tiga besar dan ini amanah. Kalau Insya Allah kita masuk ketiga
besar, maka akan kita pikirkan kompetisi yang kedua ini (Pilpres),"
tuturnya.
"Saya mau tanya dulu, saya ini bukan orang Jawa," tanya Anis. "Emang
orang di luar Jawa tidak boleh jadi presiden?" tanya Achmad Subechi.
Lalu siapa lawan terberat capres 2014 menurut anda? "Saya tidak melihat
dalam perspektif itu. Karena saya melihat perspektif tiga besar. Saya
tidak melihat kompetitor itu sebagai perorangan. Cuma saya melihat
begini dari tahun 1999 sampai 2009 tren partai decline. Kita sekarang
trendnya naik. Biasanya itu akan terjadi kontraksi pada waktu terjadi
shifting. PKS berbeda dengan partai lain, karena yang kuat di PKS adalah
organisasinya dan bukan sekedar figur. Ini adalah partai yang
melahirkan tokoh. Bukan tokoh yang melahirkan partai."
Dalam kesempatan itu, Anis Matta mencontohkan keberhasilan dua calon
gubernur yang digadang-gadang PKS akhirnya terpilih menjadi gubernur.
Keduanya adalah Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat terpilih) dan Gatot
Pujo Nugroho (Gubernur Sumatera Utara).
"Ahmad Heryawan seorang guru bahasa Arab digodok-godok, jadilah
gubernur. Gatot Pujo Nugroho seorang insinyur, digodok-godok menjadi
gubernur," tuturnya.
"Sekarang Presiden PKS, digodok-godok jadi presiden..." kelakar Achmad Subechi.
Anis Matta sengaja datang ke kantor Tribun Kaltim untuk melakukan
silahturahmi didampingi Sekjen PKS Muhammad Taufik Ridho, Ketua DPP PKS
Bidang Pembangunan Ummat Raihan Iskandar, Ketua DPP PKS Bidang Generasi
Muda dan Profesi Ahmad Sumiyanto, Wakil Sekjen DPP PKS Fahri Hamzah,
Ketua DPW PKS Kaltim Masykur Sarmian, Ketua DPP PKS Wilda Kalimantan H
Hadi Mulyadi, Wakil Ketua DPP PKS Dr Najamuddin Marahamid, Ketua DPD PKS
Balikpapan Syukri Wahid dan para pimpinan DPW PKS Kaltim.
"Ini bagian dari silaturahim yang saya lakukan sejak saya menjadi
Presiden PKS. Saya memimpin dalam keadaan darurat, karena itu saya
langsung menetapkan dua target. Pertama mencegah terjadinya
demoralisasi. Kedua mempertahankan kepercayaan publik. Karena itu saya
langsung melakukan roadshow. Alhamdulillah berlangsung sampai sekarang
dan keadaan PKS jauh lebih bagus, jauh lebih solid dan jauh lebih kuat,"
ungkapnya.
Rombongan PKS disambut Pemred Tribun Kaltim Achmad Subechi, Redaktur
Pelaksana Priyo Suwarna, Manajer Sirkulasi Iskandar dan beberapa
pimpinan lainnya.
Dalam kesempatan itu Anis Matta juga bercerita soal musibah yang belum
lama ini menimpa PKS. "Saya bisa mengatakan musibah ini membawa berkah
bagi PKS, dan menjadi momentum pembenahan dan kebangkitan bagi PKS. Saya
bisa mengatakan ibarat pesawat enginenya sudah kita perbaiki semuanya,
sudah siap terbang, landasan juga sudah siapkan dan bulan april ini
Insya Allah kita siap take off," tambahnya.
Ia juga merasa bersyukur bahwa kepercayaan publik terhadap PKS sudah
bagus. Indikatornya, Pilkada di Jabar dan Sumut dimenangkan PKS.
"Alhamdulillah kita bisa memenangkan pilkada ini. Artinya apa,
kepercayaan publik kepada PKS jauh lebih bagus dari yang kami
perkirakan. Belum lagi hasil survey partai elektabilitasnya juga naik.
Artinya apa? Misi yang saya emban ini berhasil dan Insya Allah kita akan
mendeklarasikan bahwa kita siap untuk take off nanti di Semarang, milad
PKS tanggal 20 April sekaligus rapimnas."
Sejak menjadi Presiden PKS, Anis Matta mengaku jarang berada di Jakarta. Ia selalu keliling daerah untuk melakukan konsolidasi.
"Saya hampir tidak ada di Jakarta sejak jadi Presiden PKS. Mengapa?
karena Jakarta hawanya hawa perang. Kalau kita masuk ke Jakarta mindset
kita harus kita rubah," jelasnya.
Apalagi, belakangan ini Anis Matta menangkap kesan kuat bahwa di level nasional ada tren yang berorientasi merubah
wajah politik kita kepada tren destruktif, trend bumi hangus.
"Bahasa Hawanya tiji tibeh (mati satu mati semua). Jadi trend ini yang
mengubah wajah politik ini menjadi keras. Bahkan saya sering
mengistilahkan politik menjadi dangerous game, permainan politik yang
berbahaya, mengerikan dan menakutkan. Ada character assassination.
"Coba anda lihat politisi muda yang terpental dari panggung. Setengah
mati sekolah jauh-jauh, di usia muda terlempar dari panggung politik.
lenyap..."
Konflik elite semacam ini kata Ani Matta membuat elite politik tidak
mengurusi publik. "Sehingga saya jadi mengerti kenapa anak anak muda
menjadi apolitis, karena mereka tidak melihat gunannya. Apa politik
sekarang? Tidak bersentuhan dengan masyarakat. Padahal politik itu
hakekatnya adalah cara kita sebagai manusia mengatur kehidupan publik
kita sebagai manusia. Sehinggga kita bisa merubah permusuhan menjadi
persahabatan, bisa mengubah kompetisi menjadi kolaborasi. Kalau toh ada
kompetisi, pada akhirnya kompetsi kreatiftas."
Berangkat dari situlah, maka semua kader PKS dhimbau agar keluar dari
konflik semacam itu. "Kita akan ketemu orang silaturahim, merekonstruksi
kembali bangunan politik yang sesungguhnya. Dan menurut saya kita bisa
melakukan ini manakala kita memberikan satu energi baru ke tangan
politik yaitu cinta. Kalau kita datang dengan semangat cinta ke dalam
politik, ini akan merubah wajah politik yang keras jadi lembut, yang
bermusuhan menjadi bersahabat dan keragaman bukan menjadi sumber
konflik, tetapi menjadi sumber kekuatan, sumber kolektivitas. Jadi kalau
kita memberikan sentuhan cinta kepada kekuasaan, maka wajah politik
kita akan berubah."
Ia mencontohkan, karut-marut dalam penerapan hukum disebabkan karena
orang datang dengan semangat kebencian, semangat menghukum, bukan datang
dengan semangat keadilan. Ini yang membuat pelaksanaan penerapan hukum
menjadi berat.
"Kini setelah saya keliling hampir tiga bulan, politik ini jadi enak,
kita bisa rileks dan tidak tegang serta kita tidak kehilangan hubungan
kemanusiaan yang murni hanya karena kita sedang berkompetisi. Dan tema
ini akan menjadi tagline PKS menghadirkan cinta dalam politik."
Seusai pertemuan Anis Matta memberikan cinderamata berupa karikatur
gambar dirinya yang sedang berjabat tangan dengan Pemred Tribun Kaltim
Achmad Subechi. (*)
*http://www.tribunnews.com/2013/04/12/anit-matta-maju-capres-jika-pks-masuk-3-besar