Farid Wadjdi
Saya tidak tahu sejak kapan gerakan sejuta kader PKS menulis mulai
dicanangkan. Tapi pertama kali saya membaca tulisan tentang PKS yang
sangat menggugah adalah tulisan Mbak Aulia Gurdi yang berjudul “Antara
Saya, PKS, dan Perjuangan Dakwah”. Sejak saat itu, saya mulai banyak
melihat tulisan-tulisan tentang PKS. Pada awalnya sih terlihat
fine-fine saja. Banyak tulisan yang simpatik dan inspiratif yang
muncul. Tapi setelah itu saya mulai melihat adanya pro kontra yang
cukup sengit. Ini seperti mengingatkan kembali adanya pro dan kontra
tentang tulisan yang menyinggung agama.
Saat itu saya belum punya minat untuk melibatkan diri dalam pro kontra
tersebut. Saya baru masuk ke tema tersebut ketika muncul artikel dari
Dewa Gilang yang berjudul “Gerbong Wahabi di PKS”. Itu pun saya tidak
bermaksud terjun dalam pro kontra tersebut. Saya menulis tanggapan atas
artikel tersebut karena artikel itu ditulis oleh Dewa Gilang,
kompasianer yang saya nilai setiap artikelnya selalu berbobot. Saya
merasa perlu meluruskan beberapa hal yang menurut saya terlalu
berlebihan.
Dari tulisan Dewa Gilang dan artikel tanggapan saya, baru saya “ngeh”,
bahwa pro dan kontra sekitar PKS masih berlangsung seru. Saya melihat
ada artikel yang berbobot, tapi ada juga yang “asal nulis”. Ada yang
menulis dengan santun dan sistematis, tapi ada juga yang emosional.
Melihat hal ini, saya jadi teringat sesuatu. Dan saya diingatkan
kembali oleh tulisan Bang Posma yang membandingkan artikel-artikel PKS
(yang disebut sebagai satgas online PKS) dengan pro kontra PSSI di
kanal bola. Hehehe, Pak Dokter sangat jeli membuat perumpamaan
tersebut. Saya coba merangkum tulisan tersebut sebagai berikut:
- Adanya kelompok penulis yang terkoordinir dan saling mendukung
- Munculnya akun-akun kloningan yang tidak jelas
- Tulisan-tulisan tersebut menarik di awal-awal namun lama kelamaan jadi membosankan malah seperti di kanal bola sudah pada tahap memuakkan.
- Pada debat PKS banyak tulisan berbobot tapi ‘copy-paste’, di kanal bola kebanyakan tulisan orisinil tapi mutunya sampah.
- Pada debat PKS banyak politikus atau yang mengerti politik, di kanal bola terkadang banyak yang tidak mengerti bola, tapi asal ‘mangap’.
Saya bukan aktivis atau kader PKS, tapi terus terang saya adalah
pemilih PKS pada tahun 2004 dan 2009. Membaca pemaparan dari Dokter
Posma, saya tidak bisa membantah bahwa itu memang terjadi. Dan saya
mengkhawatirkan, jika itu berlangsung terus, bahkan semakin memanas,
bukan tidak mungkin bahwa itu justru berdampak negatif pada PKS
sendiri. Karena itu saya menghimbau pada penulis-penulis PKS untuk
memperhatikan hal-hal berikut:
- Pastikan bahwa anda adalah akun yang terverifikasi, atau setidaknya menggunakan nama sebenarnya. Ini menunjukkan bahwa anda bertanggung jawab atas semua tulisan anda. Jangan tiru ratusan kloningan di kanal bola dengan nama yang aneh dan tidak jelas.
- Pastikan bahwa tulisan anda adalah orisinil, bukan copy paste. Membuat tulisan tidak harus berkualitas bagus, tapi juga tidak boleh asal-asalan. Strukur penulisan dan gaya bahasanya menunjukkan diri anda.
- Jangan memulai atau pun terpancing dengan debat kusir, tanpa argumen yang kuat. Fokuslah pada tema artikel yang dibahas, jangan melebar ke mana-mana.
- Jangan menggunakan gaya bahasa yang tidak bersahabat, kasar atau pun caci maki, baik dalam postingan tulisan maupun komentar.
- Jangan terlalu sensitif dengan menganggap bahwa menghina PKS adalah menghina Islam. Kecuali jika memang benar-benar ada yang menghina Islam, baru kita menyatakan ketersinggungan kita.
- Jangan terlalu memaksakan untuk membuat artikel. Saya pernah membaca postingan di kanal bola yang bangga sudah membuat 15 artikel dalam sehari. Ini sungguh tidak masuk akal (memangnya kita tidak ada kerjaan lain?). Biarlah ide menulis itu mengalir apa adanya.
- Buatlah tulisan yang yang bernada “fight for” (berjuang untuk), bukan “fight against” (berjuang melawan). Ini adalah ungkapan yang pernah dilontarkan oleh Nurcholish Madjid. Implikasinya, buatlah tulisan-tulisan yang bermakna positif, seperti menyampaikan program-program PKS dan reportasenya, atau pun menuliskan tentang sumbangan pemikiran untuk pembangunan ummat dan bangsa. Ini lebih baik daripada tulisan yang bernada pembelaan, atau malah menyerang pihak lain.
- Buatlah tulisan dengan tema yang beragam. Jangan terpaku hanya menulis soal PKS. Tunjukkan bahwa anda hadir benar-benar sebagai kompasianer, bukan “satgas online PKS” yang terjun di Kompasiana. Jangan tiru akun-akun tertentu di kanal bola yang menulis hanya soal konflik PSSI dan tidak pernah melirik kanal lain.
- Gerakan satu juta menulis ini harus ada akhirnya. Apakah ini baru berakhir hingga tahun 2014, seperti yang disinggung Bang Posma? Saya harap tidak. Jika terlalu lama, justru bisa membosankan, bahkan bisa menimbulkan antipati. Jangan seperti di kanal bola. PSSI sudah rujuk kembali, tapi debat di kanal bola tidak juga berhenti, malah tambah seru. Bukannya membangun simpati, malah jadi memuakkan.
*http://media.kompasiana.com/new-media/2013/04/18/antara-satgas-online-pks-dan-kanal-bola-552247.html
0 komentar:
Posting Komentar