Sebenarnya saya malu mau menuliskan ini, belum banyak yang bisa saya
perbuat untuk dakwah dan saya juga tidak jago dalam menulis. Tapi
melihat banyaknya kesalahpahaman kenapa PKS mencalonkan Non-Muslim di
daerah Indonesia Timur. Kalau menurut saya ini isu biasa aja, tapi bagi
sebagian orang mungkin ini isu yang cetar membahana layaknya Indonesia
mau kiamat. Segala argumen dengan nada menyerang bertebaran di kolom
komentar untuk postingan Dakwatuna pagi ini.
Saya sudah setahun berada di Papua tepatnya daerah Pegunungan Tengah di
salah satu kabupaten pemekaran dari Jayawijaya, daerah yang sering
dilanda konflik, daerah dengan jumlah muslim minoritas. Jangankan bicara
jumlah kader, jumlah Muslimnya saja masih sedikit.
Awal kesini saya menemui ketua DPW PKS Papua ustd. Danang untuk
menanyakan siapa ikhwah dan kelompok liqo yang bisa saya temui di
Kabupaten tujuan. Berharap akan gabung dengan kelompok liqo baru eh
ternyata ikhwah dalam 1 kabupaten itu hanya 1 orang, beliau bekerja di
salah satu perusahaan tambang. Bahagianya luar biasa ketika bertemu
dengan ikhwah di tengah hutan belantara ini, rasanya menemukan sebongkah
emas, jangankan bertemu ikhwah bertemu muslim saja sudah luar biasa
senangnya.
Mesjid hanya satu dalam 1 kabupaten yang begitu luas, itupun belum boleh
adzan dengan menggunakan pengeras suara. Ke Mesjid perlu naek ojek biar
tidak terlambat atau pergi 1 jam sebelum adzan biar gak telat shalat
berjamaah karena komplek saya tinggal ada sekitar 3 KM jaraknya ke
Mesjid. Jika kangen dengan suara adzan, ya kita putar melalui HP di
rumah. Alhamdulillah itu masih kami syukuri karena masih ada mesjid
meski cuma 1, ada tempat berkumpul dengan masyarakat Muslim lainnya. Di
Kabupaten lain malah ada yang belum punya mesjid.
Untuk agenda pengajian mingguan (Halaqoh) ikhwah harus rela menuju ke
kabupaten tetangga, jangan bayangkan aksesnya mudah seperti di Jakarta
yang dengan mudah kapan saja kita mau bisa berangkat, tak ada jalur
darat semua jalur udara. Pertama kali mengikuti halaqoh dengan
kawan-kawan ikhwah di pegunungan, saat perkenalan si A dari kabupaten
ini, si B dari kabupaten itu. Luar biasa.
Itulah sekilas tentang kondisi kami di daerah minoritas di belantara
Papua. Kita kembali ke masalah kenapa PKS mengusung calon yang
Non-Muslim? Begitu munafiknyakah partai ini? Begitu rakusnyakah partai
ini dengan kekuasaan? Melihat komen-komen itu saya sendiri miris
melihatnya. Seperti daerah yang saya tinggal jumlah muslim kurang dari
1% apakah kita ngotot untuk memimpin yang mayoritas Non-Muslim,
barangkali mereka juga gak mau dipimpin oleh yang muslim 1 % itu. Mereka
juga berhak dipimpin oleh yang seaqidah dengan mereka. Sama halnya
misalnya kita di daerah yang mayoritas 99% Muslim, apakah kita mau
dipimpin oleh yang minoritas 1 %? Janganlah kita samakan dengan DKI
Jakarta, itu kondisi antara langit dan bumi. Lagian seandainya PKS tetap
ngotot mengajukan kader untuk maju, apakah ada kader yang bersedia?
Saya sendiri lebih nyaman berdakwah melalui profesi saya ketimbang jadi
anggota dewan, saya belum sanggup mengemban amanah yang begitu besar
disini, tantangan yang luar biasa apalagi disini kalau sudah masalah
politik penyelesainnya bukan ke pengadilan tapi perang suku. Coba
kawan-kawan googling berapa banyak konflik politik disini yang berakhir
perang antar suku. Disinilah keliahaian PKS untuk meminimalisir mudharat
dengan menempatkan Non-Muslim di Dewan tapi yang mampu melindungi ummat
Islam minoritas dan memberikan gerak untuk dakwah.
Secara psikologis masyarakat Papua juga lebih nyaman ketika mereka
dipimpin oleh masyarakat asli ketimbang pendatang dan di tempat saya tak
1 pun orang asli Papua yang Muslim. Masih memaksakan orang Islam untuk
naek?
Untuk komentar-komentar yang mennyatakan "kader bawah kasihan diperalat,
kasihan kader bawah dibodohi". Kader bawah yang mana? Secara struktural
saya tidak menjabat di PKS, saya juga tidak memiliki KTA PKS, saya
hanya mengaji dengan orang-orang PKS. Saya tidak merasa dibodohi,
apalagi merasa kasihan kepada saya. Jika saya dimanfaatkan untuk
kebaikan oleh PKS, ya silahkan saja. Kalau memang benar-benar kasihan
kepada kami disini, kesini yuk berdakwah di belantara Papua ini agar
jumlah ikhwah cepat bertambah dan kerja-kerja dakwah ini lebih mudah.
Saya salut dengan ikhwah yang berdakwah sudah puluhan tahun disini tanpa
ingin kerja-kerjanya diketahui oleh dunia luar sana, ada yang sudah
mendirikan sekolah Islam Terpadu, mendakwahi masyarakat pedalaman, tak
ada mengeluh mereka hanya bekerja dengan cinta dan harmoni.
Do’a kan kami untuk bisa tetap istiqomah, melayani masyarakat dengan
sepenuh hati, memberikan yang terbaik yang bisa kami berikan untuk agama
dan negeri ini. Tak ada gunanya saling mencaci, merasa paling benar
dakwahnya.
Salam 3 Besar dari Pegunungan Tengah Papua…..
@mukri_nst on twitter
0 komentar:
Posting Komentar