Ini cerita beberapa tahun silam di kota kami. Seorang Da’i muda yang punya pesantren dan santri yang setia. Sang Kiyai muda ini geram dan resah terhadap fenomena judi dan kemaksiatan yang sudah mengakar di kotanya dan sangat sulit diberantas. Berbagai upaya dilakukan untuk melakukan nahyi munkar, bersama santri dan elemen umat Islam lain dengan melakukan demo, pengalangan opini, dll.
Namun semakin keras upayanya, semakin keras pula serangan balik yang
dilakukan oleh para pelaku kemaksiatan. Demo, sweeping, yang hampir
didukung oleh semua elemen umat islam waktu itu tak mampu memberantas
judi (waktu itu Togel). Sampai akhirnya sang kiyai berhadapan dengan
satu kenyataan yang terangkum dalam keluhannya: ”Susah, ternyata semua
terlibat.....” ah, sebuah kenyataan pahit, karena semua kalangan sudah
dicocok mulutnya dengan uang. Tak peduli aparat bahkan mungkin ada oknum
dari kalangan ahli agama juga yang dicocok mulutnya.
Tahukah kita, bahwa beberapa bulan kemudian judi yang sangat susah
diberantas itu ternyata bisa total diberantas hanya oleh satu orang.
Orang itu adalah Kapolri (tidak perlu saya sebutkan namanya). Kiyai
dengan ribuan santri, umat Islam dengan jutaan massa tak bisa
memberantas kemunkaran kalau tak punya kewenangan dan kekuasaan. Tapi
satu orang yang berwenang dan punya kekuasaan bisa memberantas itu dalam
satu perintah saja.
Jika negeri ini masih jauh dari ideal sebagai negeri Islami, bukan
berarti kita biarkan negeri ini dikelola oleh para bajingan. Kalau anda
mengutuk para penguasa, 150 juta umat Islam mengutuk pun tak kan ada
pengaruhnya kalau mereka yang berkuasa. Faktanya, 32 tahun orde baru
berkuasa, umat Islam tak punya tenaga, bahkan untuk mengumpulkan
kekuatan.
Kini semua terbuka lebar. Kesempatan untuk memperbaik negeri ini ada
pada tangan para mujahid yang siap berkorban. Politik itu kotor dan
menyeramkan ya ! dan resiko itu hanya bisa dipikul oleh mereka yang siap
berperang. Dihina, dicemooh bahkan dibunuh karakternya adalah bayaran
yang harus diterima dalam peperangan ini. Tetapi, kita sudah melangkah,
tak mungkin lagi berbalik ke belakang.
Kita tahu, banyak yang ingin melihat kita hancur, bahkan termasuk yang
seharusnya menjadi kawan dan menjadi penolong. Tetapi jika keyakinan
bahwa kita berada di jalan-Nya masih ada, maka Hasbunallah wa ni’mal
wakiil....
from bandung with love
*by Ahadi
0 komentar:
Posting Komentar