Mari kita bayangkan sebentar, memilih titik terkacau sebagai tempat melangsungkan pernikahan. Tentu itu tidak terpikirkan bukan?
Tapi itu lah yang terjadi. Saat moncong kendaraan lapis baja diarahkan kepada demonstran, rombongan pemuda khidmat melangsungkang pernikahan.
Militer yang mengancam tidak menyurutkan Atif dan Saraa Saad untuk melangsungkan prosesi bahagia itu. Tercatat ada 40 pasangan mengikuti langkah pasangan muda ini.
Mereka memilih Rabaa al-Awadiyah Squere menjadi tempat untuk meresmikan hubungan dua sejoli tersebut. Jutaan demonstran pendukung Presiden Muhammad Mursi pun diminta menjadi saksi.
Puluhan pasangan ini, ''mendesak'' imam dari Ikhwanul Muslimin menjadi penghulu pernikahan massal tersebut. ''Banyak orang hadir dalam pernikahan kami. Anak-anak membingkiskan permen untuk istri saya,'' kata Atif, Senin (12/8).
Anadolu Agency menuliskan, prosesi ijab qabul kali ini adalah oase dibalik ''kengerian''. Ketika para demonstran masih pusing memikirkan tujuan mengembalikan konstitusi, bahkan harus berkorban nyawa.
Tapi, tidak ada alasan menghalangi keinginan para pemuda menjalin kebahagian.Situasi pernikahan pun bernuansa serba salah. Kepungan militer jadi refleksi ketegangan.
Sementara di tengah alun-alun, basis massa Ikhwanul Muslimin mengoarkan doa-doa kelanggengan para pasangan. Makin menarik, para mempelai perempuan membopong potret mungil Mursi sebagai kenang-kenangan.
Masih menurut Anadolu Agency, nuansa politis memang terasa, ketika teriakan spontan para pasangan juga meneriakkan anti-militer dan anti-kudeta. Padahal, pasangan-pasangan ini entah berafiliasi politik ke arah mana.
''Kapan kita bisa merasakan kebahagian seperti sekarang ini,'' ujar Saad penuh harap.
*ROL
0 komentar:
Posting Komentar