Dakwah ini adalah proyeknya Allah, dan kita hanyalah pelaksananya saja. Kalau langkah-langkah kita sesuai dengan irsyadat
(bimbingan) dan taujihat (arahan-arahan) rabbaniyyah wan-nabawiyah
(Rabb dan Nabi), kita akan dimenangkan oleh Allah SWT, insya Allah…
Karena dengan selalu disiplin terhadap manhaj rabbani, dengan taujihat
rabbaniyyah, irsyadat rabbaniyah yang diberikan Al-Qur’an dan sunnah,
maka kita sebelum dinilai menjadi pemenang di hadapan manusia, insya
Allah telah dinilai menjadi pemenang di hadapan Allah.
Ikhwan wa akhwat fillah…meraih kemenangan di mata Allah harus menjadi
target utama dan pertama sebelum meraih kemenangan menurut penilaian
manusia. Na’udzubillah, kalau meraih kemenangan menurut penilaian
manusia, sementara kalah menurut penilaian Allah, maka faqad khasira khusraanan mubiina. Rugi serugi-ruginya.
Saya pernah menjelaskan rumusan kemenangan rabbani yang sangat
sederhana, seperti disampaikan oleh Imam Ahmad bin Hambal yang
mengatakan bahwa definisi kemenangan itu adalah ‘Maa laazumul haqqu
qulubana’ artinya: ‘selama kebenaran masih tetap kokoh di dalam hati
kita.” Luzumul haq fi qulubina, itulah kemenangan. Itulah
intishar. Itulah keberhasilan. Dalam percaturan, pertempuran, apakah
ma’rakah siyasiyah, ma’rakah fikriyah, atau ma’rakah intikhabiyah,
bentuknya apakah Pilkada di Kabupaten, Kota, Provinsi, Pemilu Nasional,
Legislatif atau Presiden, pertama-tama yang harus diraih adalah
kemenangan menurut penilaian Allah.
Insya Allah, jika kita dinilai Allah sebagai pemenang, Allah akan
memberikan kemenangan yang dinilai oleh manusia. Itu rumusan dasar yang
harus kita pegang. Jangan sampai target kemenangan-kemenangan pilkada
atau pemilu nasional, membuat kita kalah menurut perhitungan Allah SWT.
Kalah karena godaan-godaan jabatan jadi gubernur, bupati, walikota,
bahkan presiden. Menang menurut manusia, kalau kemudian dalam posisi itu
adalah hasil kecurangan, kezaliman dan ketamakan, maka maghlub ‘indallah, itu kalah menurut Allah.
Sebab ada inkhila-ul haq minal qalb, tercabutnya kebenaran dari hati. Tercerabutnya amanah dari hati. Inkhila-ul shidq,
tercerabutnya kejujuran dari hati. Itu adalah kekalahan di sisi Allah.
Tentu semua itu tidak kita inginkan. Karena itu kader-kader yang sudah
memasuki lembaga-lembaga Negara, yang jadi gubernur atau wagub, atau
walikota, atau wakil, agar mempertahankan kemenangan di sisi Allah dalam
posisi itu. Agar tetap mustahiq (berhak) mendapatkan kemenangan
berikutnya di arena perjuangan dan pergaulan antar manusia. ***
Oleh: Ust. Hilmi Aminuddin
Oleh: Ust. Hilmi Aminuddin
*al-intima
0 komentar:
Posting Komentar